Hari senin kemarin saya menyempatkan diri untuk menonton Life Of PI. Bukan menyempatkan sih, lebih tepatnya mengharuskan. Ya, saya memang penasaran dengan film ini, mengingat bagaimana menggebu-gebu dan antusiasnya orang-orang untuk menularkan "virus" film ini setelah mereka menonton.
Diawal-awal film air mata ini udah disentil untuk keluar, dengan menampakkan suasana atmosfir India, lebih tepatnya struktur tanahnya *yang saya ingat benar karena beberapa waktu lalu saya sempat meremas tanah dinegeri yang sama dengan sekuat tenaga serta pikiran kosong*, disertai rintik hujan dan di tambah backsound suara seorang wanita bernyanyi dengan mendayu-dayu. Bagaimana mungkin di situasi seperti ini saya tidak merasa tersentuh. Plakkkkk, tampar diri sendiri, kendalikan dirimu Nisa, ini baru awal film.
Jika ada yang bertanya ini film tentang apa, saya juga bingung untuk menceritakannya, karena saya takut salah menjelaskannya. Ya, saya yang bahasannya berantakan, yang suka bingung cari kalimat pas untuk mendeskripsikan sesuatu agar orang lain mengerti, yang harus berjalan 100km dulu padahal tempat yang dituju hanya berjarak 10km, tentu saja kesulitan jika mendapatkan ''Home Work" harus menceritakan film semegah Life Of PI. Mmhhhhh... jadi ingat waktu itu sehabis nonton saya sempat menguping pembicaraan antar cewek dari bilik toliet. Si A yang ditanya temannya tentang film ini, dengan santai menjawab "itu bah film tentang macan". Kemudian temannya bertanya kembali, filmnya bagus nggak? dan dengan tanpa beban lagi dia menjawab "cerita petualangan bersama macannya sih seru, tapi endingnya biasa saja". Whattttt? Sumpah saya bingung. Ok film tentang macan mungkin karena si A malas atau bingung seperti saya untuk menjelaskan itu film seperti apa. Tapi untuk pernyataan endingnya biasa saja, rasanya sungguh tidak masuk akal, bukankah kekuatan ceritanya ada di akhir ya. Disini saya tidak akan menceritakan bagaimana cerita akhir dari film ini. Saya jadi berkesimpulan, feedback yang diterima setiap orang tuh sungguh berbeda, bisa banyak faktor yang mempengaruhinya, bisa ketidak mampuan sesorang dalam mencerna sesuatu, bisa juga terlalu luasnya fantasi seseorang sehingga susah untuk kita menyesuaikan dengan pemikiran "normal", atau bisa juga karena ketidak sunggguhan dan kekurang seriusan seseorang dalam menyikapi suatu hal. Tapi diantara itu semua yang paling sangat masuk akal adalah tentang pengalaman hidup dari masing-masing orang. Ini kejadian yang saya alami juga, di suatu scene diceritakan si Pi sudah kehabisan akal dan nyerah, sementara si macan pun terbaring tak berdaya, sehingga si Pi seolah-olah berbicara dengan orang tua dan kakaknya bahwa sebentar lagi mereka akan bertemu. Asli, di scene ini saya nangis, air mata ngucur. Namun apa yang dilakukan dengan penonton pria yang jaraknya hanya dua kursi dari saya? Dia tertawa dengan alasan mimik Pi yang lucu. See? Pengalaman hidup yang berbicara, saya merasa ngilu di ulu hati, saya merasa benar-benar ada diposisi itu, sementara orang lain menerimanya dengan biasa saja.
Dengan menulis resensi film di blog saya ini, dapat di jadikan sebagai barometer suksesnya pencapaian sebuah film, ya saya memang bukan pengamat film yang omongannya dapat dijadikan patokan bagus atau tidaknya sebuah film, namun mengingat minimnya resensi film yang saya bagi, rasanya pantas kalian untuk semakin membuktikan bahwa kekuasaan Tuhan memang nyata, Tuhan selalu ada dalam keadaan diri ini terpuruk sekalipun, jangan pernah berhenti berharap. Kemudian, sesuatu yang selama ini kalian anggap musuh, belum tentu itu benar-benar berbahaya, bisa jadi kalian hanya belum kenal. Pernah membayangkan laut pasifik di malam hari? Dengan kemegahan bintang-bintang dan ikan berwarna-warni mengelilingimu? Silahkan kembangkan daya khayal kalian di film ini. Dan yang pasti, jangan menilai orang lain dari luarnya, kalian tidak tahu apa yang telah terjadi oleh orang tersebut sebelumnya. Selalu belajar dan merendahlah.
0 komentar:
Posting Komentar