Vintagergous. World. Smile.

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!



Selamat Ulang Tahun, JARED LETO

Rabu, 26 Desember 2012

Jangkauan tapak memisahkan kita dengan perhitungan ampun tanpa batas.
Akupun disini sempat terpukau dengan kegigihan pendirianku. Apakah ini benar atau tidak?
Rasa raga tak ingin melihat kekecewaan dengan membanting semua apa yang telah aku perbuat.
Estafet terus berkejaran, berkelana, mencari sosok yang dianggap mampu mengkesampingkan keberadaan yang lain.
Dan untuk alasan yang beralasan dengan siapa. Aku yakin kemarin, sekarang dan kapanpun. Aku telah benar. Memilihmu.

Lalu lalang cerita terorganisir membengkak meminta untuk aku tadah dengan jumawa.
Entah semesta menyadarinya atau tidak, hari ini aku terlalu sibuk. Sibuk dengan hatiku. Hatiku yang terlalu bersemangat.
Tebak apa yang terjadi? Ah Aku tak sanggup sedetikpun menunggu untuk tidak mengumumkannya. Selamat Ulang Tahun yang ke 41, Jared Leto.
Orang yang telah aku yakini sebagai idola. Tetap pancarkan kebahagiaan, agar aku selalu bisa ikut tersengat. Dan biarkanlah angin membimbing doa ulang tahunmu sampai ke tangan Tuhan.



NB: Saya gak bisa ngasih kado, cuma bisa mempersembahkan puisi ini untuk Jared Leto. Walaupun puisinya standar, tapi ini langsung dari hati terdalam. Sok iyeee banget ya. Serasa kenal gitu. Aminkan ajalah, siapa tahu Tuhan tergugah untuk mengenalkan saya dengan Jared Leto suatu saat *berharap dan ngayal itu tipis yang bedanya*

22 Desember

Sabtu, 22 Desember 2012

Bisa jadi hari ini adalah hari termalas saya melihat jejaring sosial. Begitu banyak yang pamer kemesraan dengan ibu masing-masing. Apa mereka tidak berfikir perasaan pihak ketiga yang membacanya tanpa bisa merealisasikannya? Apa mereka tidak merasa ada segelintir orang yang terdiam, menahan nafas sebentar, menerawang kemudian sesegera mungkin keluar dari jejaring sosial itu. Apa mereka tidak membayangkan sebagian anak manusia merindukan sosok yang (ceritanya) begitu mereka puja-puja dan eluk-elukkan. Mereka tidak salah. Sama sekali tidak salah. Saya yang iri. Namun, adakah yang bisa menyalahakan ke-iri-an saya?

LIFE OF PI

Rabu, 05 Desember 2012



Hari senin kemarin  saya menyempatkan diri untuk menonton Life Of PI. Bukan menyempatkan sih, lebih tepatnya mengharuskan. Ya, saya memang penasaran dengan film ini, mengingat bagaimana menggebu-gebu dan antusiasnya orang-orang untuk menularkan "virus" film ini setelah mereka menonton.

Diawal-awal film air mata ini udah disentil untuk keluar, dengan menampakkan suasana atmosfir India, lebih tepatnya struktur tanahnya *yang saya ingat benar karena beberapa waktu lalu saya sempat meremas tanah dinegeri yang sama dengan sekuat tenaga serta pikiran kosong*, disertai rintik hujan dan di tambah backsound suara seorang wanita bernyanyi dengan mendayu-dayu. Bagaimana mungkin di situasi seperti ini saya tidak merasa tersentuh. Plakkkkk, tampar diri sendiri, kendalikan dirimu Nisa, ini baru awal film.

Jika ada yang bertanya ini film tentang apa, saya juga bingung untuk menceritakannya, karena saya takut salah menjelaskannya. Ya, saya yang bahasannya berantakan, yang suka bingung cari kalimat pas untuk mendeskripsikan sesuatu agar orang lain mengerti, yang harus berjalan 100km dulu padahal tempat yang dituju hanya berjarak 10km, tentu saja kesulitan jika mendapatkan ''Home Work" harus menceritakan film semegah Life Of PI. Mmhhhhh... jadi ingat waktu itu sehabis nonton saya sempat menguping pembicaraan antar cewek dari bilik toliet. Si A yang ditanya temannya tentang film ini, dengan santai menjawab "itu bah film tentang macan". Kemudian temannya bertanya kembali, filmnya bagus nggak? dan dengan tanpa beban lagi dia menjawab "cerita petualangan bersama macannya sih seru, tapi endingnya biasa saja". Whattttt? Sumpah saya bingung. Ok film tentang macan mungkin karena si A malas atau bingung seperti saya untuk menjelaskan itu film seperti apa. Tapi untuk pernyataan endingnya biasa saja, rasanya sungguh tidak masuk akal, bukankah kekuatan ceritanya ada di akhir ya. Disini saya tidak akan menceritakan bagaimana cerita akhir dari film ini. Saya jadi berkesimpulan, feedback yang diterima setiap orang tuh sungguh berbeda, bisa banyak faktor yang mempengaruhinya, bisa ketidak mampuan sesorang dalam mencerna sesuatu, bisa juga terlalu luasnya fantasi seseorang sehingga susah untuk kita menyesuaikan dengan pemikiran "normal", atau bisa juga karena ketidak sunggguhan dan kekurang seriusan seseorang dalam menyikapi suatu hal. Tapi diantara itu semua yang paling sangat masuk akal adalah tentang pengalaman hidup dari masing-masing orang. Ini kejadian yang saya alami juga, di suatu scene diceritakan si Pi sudah kehabisan akal dan nyerah, sementara si macan pun terbaring tak berdaya, sehingga si Pi seolah-olah berbicara dengan orang tua dan kakaknya bahwa sebentar lagi mereka akan bertemu. Asli, di scene ini saya nangis, air mata ngucur. Namun apa yang dilakukan dengan penonton pria yang jaraknya hanya dua kursi dari saya? Dia tertawa dengan alasan mimik Pi yang lucu. See? Pengalaman hidup yang berbicara, saya merasa ngilu di ulu hati, saya merasa benar-benar ada diposisi itu, sementara orang lain menerimanya dengan biasa saja.

Dengan menulis resensi film di blog saya ini, dapat di jadikan sebagai barometer suksesnya pencapaian sebuah film, ya saya memang bukan pengamat film yang omongannya dapat dijadikan patokan bagus atau tidaknya sebuah film, namun mengingat minimnya resensi film yang saya bagi, rasanya pantas kalian untuk semakin membuktikan bahwa kekuasaan Tuhan memang nyata, Tuhan selalu ada dalam keadaan diri ini terpuruk sekalipun, jangan pernah berhenti berharap. Kemudian, sesuatu yang selama ini kalian anggap musuh, belum tentu itu benar-benar berbahaya, bisa jadi kalian hanya belum kenal. Pernah membayangkan laut pasifik di malam hari? Dengan kemegahan bintang-bintang dan ikan berwarna-warni mengelilingimu? Silahkan kembangkan daya khayal kalian di film ini. Dan yang pasti, jangan menilai orang lain dari luarnya, kalian tidak tahu apa yang telah terjadi oleh orang tersebut sebelumnya. Selalu belajar dan merendahlah.
 

Chocobi

Sabtu, 01 Desember 2012


Merasa familiar dengan judul saya di atas. Jika kalian pembaca setia komik konyol bin ajaib karangan Yoshito Usui pasti udah hafal betul dengan makanan ini. Yup, ini adalah makanan kesukaan Shinchan, sehingga menjadi senjata andalan Misae untuk menyogok Shinchan dikala si anak kecil yang bersekolah di TK AKSI ini disuruh mengerjakan sesuatu. Ya, memang sih, ia nurut, tapi tetap aja hasilnya ajaib, berantakan dan bikin ngakak.

Nah pertanyaannya ialah, dimana saya bisa mendapatkan snack Chocobi ini? Berterimakasihlah pada Tuhan, karena kalian tumbuh di era jualan Online. Benar, saya menemukannya di salah satu account jualan di Instagram. Kaget dan lebih ke penasaran sih sebenarnya pas ngeliat. Makanya gak pakai pikir panjang lagi langsung saya order. Ketika di makan, rasanya gabungan antara susu cokelat, dan garing banget, dimulut krenyes-krenyes gitu. Beda strukturnya dengan snack buatan Indonesia. Pantasan aja ya Shinchan hobi bener makan nih Snack. Cuma yang menyebalkan adalah 1 kotak isinya sedikit dan harganya lumayan membuat dompet terdiskriminasi. Tapi serius, jangan ngaku Shincanholic, Shinchanlicious, Shinchanatic, atau Shinchan apalah itu, kalau belum makan snack Chocobi.