Saya merindukan kehidupan normal, ketika bangun tidur yang dicari bukan HP dan tertidur tidak dalam keadaan HP terlepas dari genggaman tangan.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana bisa berbicara fokus dengan orang disamping tanpa terpecah fikiran karena membaca twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat mendapatkan informasi mengenai warna favorit gebetan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan keberadaan gebetan saat ia check-in di Foursquare.
Saya merindukan kehidupan normal, saat menerima SMS dari teman untuk ketemuan, bukan janjian melalui Twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika luka yang lama tidak perlu dipublish lagi di Facebook dengan judul foto Memory In SMA.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana melihat recent updates BB bukan suatu kewajiban, paling tidak dalam waktu 1 jam.
Saya merindukan kehidupan normal, saat tidak ada kata STALKER.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana waktu tidak dihabiskan sia-sia hanya dengan memperhatikan tingkah laku orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan saya di layar genggaman.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana tidak harus tahu perbincangan seru geng sebelah di timeline Twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat orang menanyakan nomor Handphone, bukan PIN BB.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tidak mudah terciptanya kedengkian saat membaca status orang lain yang sedang bersenang-senang.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana sebelum makan berdoa bukan memfoto makanan disertai tulisan "Akhirnya kesampaian juga makan sate ini" dan tulisan ajaib lainnya.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana Quality Time dengan keluarga jauh lebih diutamakan dibanding dengan ngobrol ngalur ngidul di Grup YM.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana rasa rindu benar-benar bermakna rindu saat mendengar suara jakunnya di negeri orang dibandingkan dengan melihat mimik wajahnya di Skype setiap hari.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat tidak harus ilfil dengan orang, hanya karena curcol lebaynya di jejaring sosial.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana mengcomment status atau foto mantan bukan menjadi alasan perkelahian pasangan dimadu cinta.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tersenyum melihat kenangan yang terbingkai di album foto, bukan hanya dipajang di Instagram.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat orang lebih perduli dan tahu keadaan terdekat, bukan keadaan orang yang ada di antah berantah.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tidak dibuat galau oleh promotor konser dan antek-antek lainnya yang tunjuk jari nonton konser hanya karena kehabisan tiket.
Sungguh, saya merindukan kehidupan normal untuk saya dan orang-orang sekeliling saya.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana bisa berbicara fokus dengan orang disamping tanpa terpecah fikiran karena membaca twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat mendapatkan informasi mengenai warna favorit gebetan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan keberadaan gebetan saat ia check-in di Foursquare.
Saya merindukan kehidupan normal, saat menerima SMS dari teman untuk ketemuan, bukan janjian melalui Twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika luka yang lama tidak perlu dipublish lagi di Facebook dengan judul foto Memory In SMA.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana melihat recent updates BB bukan suatu kewajiban, paling tidak dalam waktu 1 jam.
Saya merindukan kehidupan normal, saat tidak ada kata STALKER.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana waktu tidak dihabiskan sia-sia hanya dengan memperhatikan tingkah laku orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan saya di layar genggaman.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana tidak harus tahu perbincangan seru geng sebelah di timeline Twitter.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat orang menanyakan nomor Handphone, bukan PIN BB.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tidak mudah terciptanya kedengkian saat membaca status orang lain yang sedang bersenang-senang.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana sebelum makan berdoa bukan memfoto makanan disertai tulisan "Akhirnya kesampaian juga makan sate ini" dan tulisan ajaib lainnya.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana Quality Time dengan keluarga jauh lebih diutamakan dibanding dengan ngobrol ngalur ngidul di Grup YM.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana rasa rindu benar-benar bermakna rindu saat mendengar suara jakunnya di negeri orang dibandingkan dengan melihat mimik wajahnya di Skype setiap hari.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat tidak harus ilfil dengan orang, hanya karena curcol lebaynya di jejaring sosial.
Saya merindukan kehidupan normal, dimana mengcomment status atau foto mantan bukan menjadi alasan perkelahian pasangan dimadu cinta.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tersenyum melihat kenangan yang terbingkai di album foto, bukan hanya dipajang di Instagram.
Saya merindukan kehidupan normal, disaat orang lebih perduli dan tahu keadaan terdekat, bukan keadaan orang yang ada di antah berantah.
Saya merindukan kehidupan normal, ketika tidak dibuat galau oleh promotor konser dan antek-antek lainnya yang tunjuk jari nonton konser hanya karena kehabisan tiket.
Sungguh, saya merindukan kehidupan normal untuk saya dan orang-orang sekeliling saya.
0 komentar:
Posting Komentar