Aneh ya liat judul postingan blog saya kali ini. Timbul beberapa pertanyaan deh: Itu judul atau orang ngantri bensin langkah??? Panjang banget. Kenapa harus minta maaf? Siapa yang salah dan menyalahkan?. Kok jadi ngebahas curhatan orang sih? Bukannya lebih seru gosipin Raffi Ahmad dan Yuni Sarah yang baru putus yak?
Yeee, saya juga bingung kenapa dihari selasa yang dingin ini jadi menggebu-gebu nulis gini, mestinya saya udah bersiap tidur cantik sembari menunggu Jake Gyleenhaal mampir di mimpi saya.
Jujur, saya suka bingung sama orang yang suka curhat di jejaring sosial. Awalnya saya senang juga bacanya, seru2 pengalaman orang, dan hidup memang punya skenarionya tersendiri. Kadang orang yang terlihat "sempurna" ternyata "menyedihkan", bahkan ada juga teman saya yang introped, tapi di twitter dia lancar sekali bercerita bahkan cendrung menyenangkan. Kemudian ada juga yang curhat masalah percintaan terus, dan yang gak ketinggalan adalah orang suka curhat masalah sepele tapi dibesar2kan kayak udah gak ada harapan hidup lagi *yang kayak gini nih, pengen di unfollow tapi teman sendiri, jadi pasrah sajalah*.
Ok mereka2 itu biarkan sajalah, karena sesungguhnya mereka2 itu hanya sanggup membuat kening saya berkerut saja, nah masalahnya di sini nih dimulai, ada satu tipe curhatan yang membuat saya melotot dan bingung, tipe ini saya anggap kurang pantas untuk dicurhatkan keseluruh dunia. Iya keseluruh dunia, klo accountnya dibuka gak dikunci kan seluruh makhluk yang bernafas maupun yang tidak kan bisa melihat. Tipe yang saya maksud adalah curhat mengenai keluarga sendiri. Seandainya curhatannya gini "kepalaku pusing banget, semua cara udah aku lakukan supaya aku dibeliin IPad 2 sama Papa, katanya mubazir soalnya aku udah punya IPad 1" ini sih bagi saya fine2 aja. Nah yang gak fine itu, yang nyurhatin masalah keluarga dari sisi jelek2nya. Wouw it's not cool sodara/i. Yang namanya kejelekkan itu harusnya ditutupin rapat2, nutup gula yang bisa kita beli di warung aja harus rapat2 kan, masa' ini masalah keluarga dengan santainya kita umumin ke sedunia. Terkadang kita suka gak mikir apa efeknya, kita terlalu emosi nulis inilah nulis itulah gak pakai mikir dulu akibatnya apa, padahal belum tentu juga apa yang kita tulis itu benar dan gak sebooming dengan keadaan yang sesungguhnya. Nih akibatnya ya, orang pasti akan bilang diri kamu "kasihan". Ok masalah personal ya, kamu yang nulis kamu yang nanggung akibatnya. Tapi bagaimana jika orang jadi sebel sama orang yang di tuju di curahatan kamu? Terus orang2 otomatis bisa menilai "oh kondisi keluarganya kayak gitu toh". Ih gak keren banget kan klo udah ngelibatin banyak pihak gitu. Ingat loh, opini dan pikiran tuh jahat, mereka bisa saja berfikir terlalu hiperbolis tentang keluarga kamu. Ya syukur2 gak diceritain ke orang lain lagi.
Coba deh kalau klo mau curhat di jejaring sosial dipikirkan dulu. Marah? Sebel? Benci? Risau? Dengan orang lain kan jauuuhhh lebih baik di omongkan ke orang ybs, masalah selesai, aman dan orang lain tidak ada yang tau. Atau kalau mau alternatif lain curhat aja sama Mama Dedeh, tapi ingat nelponnya pakai nama samaran aja ya :P
Idihhh ini kenapa lagu2 di playlist mellow semua, jadi terkantuk2kan sayanya, tidur ah,,,, eh tunggu sebelum saya terbenam kasur, saya mau bilang klo mau curhat apa aja di jejaring sosial itu terserah, toh account punya masing2, gak ada yang bisa ngelarang kita mau nulis apa, saya gak punya hak untuk bilang ini boleh atau gak boleh. Ini baik atau gak baik. Postingan saya kali ini, asli pendapat dan pemikiran saya. Yang pasti, Maaf, Saya Bukan Orang Yang Suka Curhat di Jejaring Sosial.
Selamat Malammmmm....
Yeee, saya juga bingung kenapa dihari selasa yang dingin ini jadi menggebu-gebu nulis gini, mestinya saya udah bersiap tidur cantik sembari menunggu Jake Gyleenhaal mampir di mimpi saya.
Jujur, saya suka bingung sama orang yang suka curhat di jejaring sosial. Awalnya saya senang juga bacanya, seru2 pengalaman orang, dan hidup memang punya skenarionya tersendiri. Kadang orang yang terlihat "sempurna" ternyata "menyedihkan", bahkan ada juga teman saya yang introped, tapi di twitter dia lancar sekali bercerita bahkan cendrung menyenangkan. Kemudian ada juga yang curhat masalah percintaan terus, dan yang gak ketinggalan adalah orang suka curhat masalah sepele tapi dibesar2kan kayak udah gak ada harapan hidup lagi *yang kayak gini nih, pengen di unfollow tapi teman sendiri, jadi pasrah sajalah*.
Ok mereka2 itu biarkan sajalah, karena sesungguhnya mereka2 itu hanya sanggup membuat kening saya berkerut saja, nah masalahnya di sini nih dimulai, ada satu tipe curhatan yang membuat saya melotot dan bingung, tipe ini saya anggap kurang pantas untuk dicurhatkan keseluruh dunia. Iya keseluruh dunia, klo accountnya dibuka gak dikunci kan seluruh makhluk yang bernafas maupun yang tidak kan bisa melihat. Tipe yang saya maksud adalah curhat mengenai keluarga sendiri. Seandainya curhatannya gini "kepalaku pusing banget, semua cara udah aku lakukan supaya aku dibeliin IPad 2 sama Papa, katanya mubazir soalnya aku udah punya IPad 1" ini sih bagi saya fine2 aja. Nah yang gak fine itu, yang nyurhatin masalah keluarga dari sisi jelek2nya. Wouw it's not cool sodara/i. Yang namanya kejelekkan itu harusnya ditutupin rapat2, nutup gula yang bisa kita beli di warung aja harus rapat2 kan, masa' ini masalah keluarga dengan santainya kita umumin ke sedunia. Terkadang kita suka gak mikir apa efeknya, kita terlalu emosi nulis inilah nulis itulah gak pakai mikir dulu akibatnya apa, padahal belum tentu juga apa yang kita tulis itu benar dan gak sebooming dengan keadaan yang sesungguhnya. Nih akibatnya ya, orang pasti akan bilang diri kamu "kasihan". Ok masalah personal ya, kamu yang nulis kamu yang nanggung akibatnya. Tapi bagaimana jika orang jadi sebel sama orang yang di tuju di curahatan kamu? Terus orang2 otomatis bisa menilai "oh kondisi keluarganya kayak gitu toh". Ih gak keren banget kan klo udah ngelibatin banyak pihak gitu. Ingat loh, opini dan pikiran tuh jahat, mereka bisa saja berfikir terlalu hiperbolis tentang keluarga kamu. Ya syukur2 gak diceritain ke orang lain lagi.
Coba deh kalau klo mau curhat di jejaring sosial dipikirkan dulu. Marah? Sebel? Benci? Risau? Dengan orang lain kan jauuuhhh lebih baik di omongkan ke orang ybs, masalah selesai, aman dan orang lain tidak ada yang tau. Atau kalau mau alternatif lain curhat aja sama Mama Dedeh, tapi ingat nelponnya pakai nama samaran aja ya :P
Idihhh ini kenapa lagu2 di playlist mellow semua, jadi terkantuk2kan sayanya, tidur ah,,,, eh tunggu sebelum saya terbenam kasur, saya mau bilang klo mau curhat apa aja di jejaring sosial itu terserah, toh account punya masing2, gak ada yang bisa ngelarang kita mau nulis apa, saya gak punya hak untuk bilang ini boleh atau gak boleh. Ini baik atau gak baik. Postingan saya kali ini, asli pendapat dan pemikiran saya. Yang pasti, Maaf, Saya Bukan Orang Yang Suka Curhat di Jejaring Sosial.
Selamat Malammmmm....