Apakabar ibu?
Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu di tanyakan lagi…
Karena anis yakin sekali ibu di sana luar biasa bahagia…
Anis hanya berusaha mencoba untuk kita saling berkomunikasi…
Sumpah tidak pernah cukup waktu untuk kita berbicara saling berbagi sejuta cerita…
Anis bingung kenapa hal itu hanya sekejab, lebih cepat daripada kita membalik telapak tangan…
Lagi apa Ibu di sana?
Pasti ibu sedang merajut kasih bersama Bapak…
Berjalan menggunakan Vespa dan bertemu dengan orang-orang yang di muliakan Allah…
Bagaimana situasi disana ibu?
Sama tidak dengan situasi yang sering Bapak ceritakan tentang kemenakjuban Syurga?
Atau lebih indah lagi?
Ah sungguh iri membayangkan situasi di sana, seindah-indahnya dunia tidak akan lengkap tanpa sosok ibu dan bapak. Nyaman sekali situasi seperti itu, tidak seperti di sini banyak orang yang masih saja memanfaatkan kelebihan orang lain untuk menutupi kekurangannya….
Kapan kita bisa bertemu ibu?
Ingin sekali melepaskan pelukan yang selama ini terpendam ke badan ibu…
Ingin sekali meletakkan kepala ke dada ibu yang hangat akan manjaan…
Ingin sekali merasakan tangan ibu mengelus-elus rambut anis agar hati ini bisa lembut menghadapi kejamnya dunia…
Ingin sekali mencium kaki ibu yang kental dengan wangi syurga…
Ingin, sungguh ingin sekali bertemu dengan ibu, walaupun harapan itu hanya sebatas mimpi,
Sayangnya Anis hanya bisa merasakannya ketika tidur, dan kesempatan emas itupun bagaikan ikut undian yang mempunyai saingan berjuta-juta.
Taukah ibu apa yang ani rasakan sekarang?
Anis tidak perduli walaupun anis tidak bisa melihat ibu, bahkan hanya sekedar bayangan ibu pun tak ada, tapi suara ibu masih terdengar di telinga anis, tatapan penuh kasih ibu masih menjadi penghalang anis untuk berbuat kejahatan, langkah kaki ibu masih menjadi acuan anis untuk menghadapi masa depan, senyuman ibu masih menjadi penyemangat ketika anis lagi sedih, masakan ibu masih menjadi makanan terenak di seluruh dunia, nasehat ibu akan selalu ada dan selamanya melekat di otak serta pikiran bahkan pertimbangan ketika mengambil keputusan.
Ya, yang Anis rasakan sama, sama percis dengan keadaan dimana ketika ada sosok ibu nyata di samping anis, tidak ada yang beubah, karena anis yakin walaupun ibu tidak terlihat tapi ibu selalu memperhatikan anis, ikut merasa sedih ketika anis sedang kesusahan, selalu menuntun anis kearah yang baik, melindungi anis dari kejamnya dunia. Itu semua karena apa? Bukan, bukan hanya sekedar keterikatan kita sebagai Ibu dan anak, tapi lebih lebih tepatnya karena kita SATU. Diri anis adalah ibu. Diri ibu adalah Anis. Hati Ibu adalah Anis. Hati Anis adalah Ibu. Jiwa Anis adalah Ibu. Jiwa Ibu adalah Anis. Satu yang sampai kapanpun tidak dapat dibagi-bagi. HANYA SATU DAN ITU KITA….
Selamat Ulang Tahun, Ibu…
0 komentar:
Posting Komentar